Koneksi Antar Materi Filosofi Pemikiran Khd Nilai Dan Peran Guru

Leo Migdal
-
koneksi antar materi filosofi pemikiran khd nilai dan peran guru

Pemikiran Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan sejati adalah yang memerdekakan dan menuntun potensi anak sesuai kodratnya. Filosofi ini menjadi dasar gerakan Guru Penggerak, pendidik yang berpihak pada murid, reflektif, kolaboratif, mandiri, dan inovatif. Visi Guru Penggerak mendorong lahirnya pemimpin pembelajaran yang menciptakan perubahan nyata di sekolah. Budaya positif menjadi wujud konkret dari nilai-nilai tersebut, membangun lingkungan yang aman, suportif, dan membina karakter. Artikel ini membahas keterkaitan antar elemen tersebut dalam membentuk pendidikan yang holistik dan transformatif. Tujuan Akhir dari keempat modul tersebut di atas adalah Profil Pelajar Pancasila

Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak (kodrat alam dan zaman) agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya Pendidikan haruslah berpihak pada murid, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan anak Setelah saya menjalani pembelajaran dari modul 1.1 dan modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya: 1. Momen yang paling penting dan menantang dalam proses pembelajaran modul 1.1 hingga modul 1.2 yang saya fahami adalah: menjadikan filosofi KHD sebagai dasar untuk menjadikan saya sebagai seorang guru penggerak yang tergerak, bergerak dan... Disana saya harus memahami bagaimana karakter siswa saya, bagaimana saya memotivasi siswa saya, dan bagaimana saya harus mendukung dan mngembangkan semua kreativitas dan yang ada pada anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Selain itu untuk mewujudkan filosofi KHD saya harus menjadi seorang guru penggerak yang memiliki otak luhur manusia agar kita seorang guru penggerak yang bijaksana dalam mengambil segala tindakan. Hal itu terjadi karena dengan kita memiliki otak luhur manusia maka pembelajaran dengan filosofi KHD dan siswa yang memiliki profile Pancasila akan tercapai. 2. Perasaan saya saat mempelajari modul 1.1 dan modul 1.2 sanngat senang sekali karena saya bisa mempelajari ilmu baru dan menyadari tentang kesalahan-kesalahan yang sudah saya lakukan. 3. Saat itu saya seakan-akan menjadi guru yang mudah emosian atau menerapkan otak mamalia saya, atau memiliki emosi yang tidak terkontrol dengan kata lain melakuka sesuatu ingin cepat-cepat selesai tetapi saya tidak berfikir lebbih panjag...

Saya seakan-akan menjadi jamur dan ulat untuk anak-anak saya karena saya telah membunuh karakter yang seharusnya berkembang pada siswa saya Setelah mempelajari modul 1.1 hingga modul 1.2 ini, saya harus bertekad untuk memiliki otak... Dan saya harus menjadi petani yang merawat semaian bibit pertaniannya, yaitu dengan mengembangkan semua potensi yang ada pada siswa agar mereka dapat tumbuh berkembang dengan maksimal. 4. Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah: Di dalam pembelajaran yang saya lakukan di dalam kelas... Dengan keadaan kelas yang aman dan menyenangkan maka akan meningkatkan mood positif dari siswa saya, jika mood positif sudah muncul maka siswa akan dapat dengan mudah memahami apa yang akan dipelajari. Di awal pembelajaran telah dilakukan keyakinan kelas yang isinya harapan dan kekhawatiran dari para siswa, sehingga kita tahu apa yang diinginkan oleh siswa.

Dan dari keyakinan kelas tersebut akan muncul kepakatan-kesepakatan dan konsekuensi yang akan dilakukan. Nah dari situlah siswa akan berfikir kembali untuk melakukan sesuatu yang negatif yang sudah disepakati, dan siswa cenderung akan melakukan konsekuensi yang sudah disepakati tanpa tertekan dan dengan kesadarannya sendiri. Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya : Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan: Momen yang paling penting serta mencerahkan saya dalam proses pembelajaran pada : Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah…

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) memiliki kaitan erat dengan nilai dan peran guru penggerak dalam dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara menekankan prinsip-prinsip pendidikan yang berpusat pada pembelajar dan pembangunan karakter individu. Berikut adalah beberapa kaitan antara filosofi pendidikan KHD dengan nilai dan peran guru penggerak: MODUL 1.2.a.8KONEKSI ANTAR MATERI EDNA YANTI, S.Pd CGP-7 KOTA PADANGPerasaan Pembelajaran Peristiwa MODEL REFLEKSI 4P PenerapanPeristiwa Momen yang paling penting dan mencerahkan bagi saya yaitu ....Mempelajari 2 modul yaitu modul 1.1 tentang "Filosofi Pendidikan... Menjadi pemimpin pembelajaran Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pembelajaran yang berpihak kepada anak, guru harus merancang pembelajaran yang nyaman dan menyengkan bagi anak.Perasaan Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan ....Sebagai... Saya hanyalah guru biasa yang yang minim ilmu dan masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran dikelas dan disekolah.

Dalam proses pembelajaran setiap harinya pembelajaran yang saya lakukan hanya berpusat pada guru, saya menjelaskan setiap pembelajaran dengan metode ceramah anak didik duduk, diam, dan mendengar penjelasan dari guru. Penilaian yang saya lakukan disetiap akhir pembelajaran adalah pada ranah kognitif saja dan mengenyampingkan penilaian sikap, dan keterampilan. Saya tidak pernah merefleksi disetiap akhir pembelajaran dan tidak pernah berkolaborsi dengan rekan sejawat dan rekan guru lainnya.Pembelajaran Sekarang, saya berpikir bahwa saya harus mampu ....Mewujudkan kepemimpinan murid, dengan menjadikan pembelajaran yangberpihak pada murid. Dimana pembelajaran yang diterapkan sekarang iniberahamba pada murid, sesuai keinginan dan kebutuhan sesuai bakat danminatnya dengan memberikan tuntunan dan teladan yang baik sehinggatercipta suasana pembelajar yang menyenangkan.Menjalin kolaborasi yang baik dengan rekan sejawat maupun... perubahan.sekarang adalah .... Kolaboratif Inovatif Bekerjasama dalam komunitas Selalu berinovasi praktisi dan mengikuti segala menciptakan hal baru dan macam pelatihan untuk berkaya meningkatkan kompetensi diri Reflektif Selalu introspeksi diri mendengar saran dan kritikanTerima KasihSALAM SEHAT DAN BAHAGIA

Riana Sari, Lahir di Banjarnegara, 11 Desember 1989. Karyanya antara lain: “Matematika Hidup Indonesiaku”, Juara I Lomba Menulis Puisi Matematika Nasional 2008, UNSRI. Cerpen “Api Kecil di Dermaga”, masuk dalam antologi “yang Muda yang Kreatif”, Kemenpora RI, 2010. Cerita Rakyat “Teluknaga”, Juara I Lomba Menulis Cerita Rakyat Kabupaten Tangerang 2011. Cerpen “Perempuan Hebat” masuk dalam antologi Perempuan Hebat, IPP-NU, 2011, Cerpen “Selendang Biru di Akar Bakau” menjadi pemenang lomba menulis cerpen mangrove, KeseMat, UNDIP, 2012, Cerpen “Laso” menjadi Juara prospektif, lomba cerpen kearifan lokal,... Cerpennya berjudul "Cukin Naga Emas" dmuat dalam majalah sastra Kandaga, 2023.

Dalam pusaran reformasi pendidikan, nama Ki Hajar Dewantara kembali mencuat sebagai kompas yang memandu langkah para pendidik. Filsafatnya yang mendasar, "Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani," menjadi pedoman bagi guru penggerak dalam menjalankan tugas mulia. Artikel ini akan mengurai benang merah antara pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep-konsep terkini dalam pendidikan, seperti nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan budaya positif. Dengan memahami koneksi antara keempat konsep ini, diharapkan kita dapat lebih mendalam menghayati makna pendidikan yang berkarakter dan relevan dengan tantangan zaman. Pendidikan telah memasuki era pendidikan 4.0 dimana penggunaan teknologi dapat meningkatkan proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Lalu, di era serba canggih seperti saat ini, dimanakah posisi guru?

Sementara ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat didapat dan dipelajari dari berbagai sumber yang sangat mudah diakses. Konsep trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat relevan dalam konteks pendidikan modern. Dalam Filosofi tersebut, Seorang guru tidak hanya menjadi teladan (ing ngarso sung tulodo) dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif, tetapi juga mampu membangkitkan semangat belajar murid (ing madya mangun karso) serta memberikan dukungan... Ketiga konsep ini saling melengkapi dan menjadi landasan bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi murid. Nilai dan peran guru penggerak dalam mewujudkan profil pelajar pancasila merupakan dua unsur yang saling menguatkan untuk mewujudkan sebuah peradaban. Layaknya akar pohon, nilai guru penggerak tidak tampak, namun keberadaannya dapat dirasakan.

Kokohnya batang pohon mampu menumbuhkan cabang dan ranting-ranting yang kuat. Dari setiap cabang tumbuh ranting, ranting-ranting tersebut menumbuhkan dedaunan yang subur, kemudian memunculkan bunga kemudian menghasilkan buah. Bagian yang tidak nampak adalah akar, akarlah yang menjadi ruh, semakin sehat maka ia akan semakin mencengkeram kuat ke dalam tanah dan semakin tak terlihat. Namun ia tetap menjadi kunci terhadap kokohnya batang dan percabangan, kuatnya ranting, suburnya daun hingga menghasilkan buah yang berkualitas melalui serapan nutrisi dari tanah yang subur. Akar-akar tersebut adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Akar-akar yang mampu menguatkan setiap peran guru penggerak dan menjadikan peran tersebut mampu menggerakkan orang lain.

Nilai-nilai tersebut merupakan perwujudan dari pemikiran KHD yang selalu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman serta selalu memposisikan bahwa siswa adalah pusat dalam pembelajaran sehingga harus diterima tanpa syarat dengan segala keunikan dan keberagaman... Kemudian, bagaimana dengan cabang dan ranting? Perumpamaan pohon, cabang dan ranting adalah 'peran guru penggerak'. Keberadaannya sangat nampak dan memang harus diperlihatkan dalam aktivitas sehari-hari. Menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Peran tersebut yang harus diperlihatkan oleh guru pengerak dalam tugasnya sebagai guru dan pendidik.

Melalui peran nyata ini, maka seorang guru akan mampu menjalankan trilogi pemikiran KHD. Dia akan mampu menjadi teladan saat didepan, menjadi penyemangat saat di tengah dan menjadi pendorong ketika berada di belakang. Akar, batang, cabang dan ranting dalam satu kesatuan utuh (pohon) merupakan 2 hal yang saling menunjang. Semakin sehat akar, maka cabang akan semakin kuat. Cabang yang kuat berperan menumbuhkan ranting kemudian daun yang subur hingga menghasilkan buah yang berkualitas. Begitu pula dengan Nilai dan Peran guru penggerak, kuatnya nilai-nilai yang dimiliki oleh guru penggerak akan berbanding lurus dengan kualitas peran yang akan dilakukan.

Strategi yang akan dilakukan untuk mencapai nilai sehingga mampu melaksanakan peran secara optimal yaitu: menerima perubahan dengan tetap memegang teguh nilai-nilai pancasila dan menjadi pribadi yang mau berubah. Kedua sikap tersebut akan menjadikan diri saya bersemangat untuk terus meningkatkan kompetensi dengan berbagai strategi, berani mencoba hal-hal baru untuk memberikan pelayanan kepada siswa sesuai dengan karakteristik dan perubahan zaman. 1.2.a.8 - KONEKSI ANTAR MATERI MODUL Oleh: Amaliah Nurfajrianti Saya menganggap momen/kegiatan dalam Ruang Kolaborasi adalah hal paling menantang dan sekaligus mecerahkan. Betapa tidak, saat “isi kepala” kita harus disinergikan dengan orang lain untuk menghasilkan sesuatu/produk yang mengakomodasi semua ide/gagasan dalam satu kelompok, merupakan hal yang membutuhkan effort yang cukup besar. Belum lagi, kita pun dilatih untuk mengendalikan ego sendiri dan berpikiran terbuka terhadap gagasan orang lain.

Dalam Ruang Kolaborasi pun banyak sekali insight yang diperoleh, baik itu ilmu baru, penguatan konsep, maupun pengalaman praktik baik dari teman kelompok lain saat mereka menyampaikan hasil diskusinya. Pembahasan pada Modul 1.1. terkait Filosofi Pemikiran KHD dan pada Modul 1.2 tentang Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak (GP). Relevansi diantara keduanya dapat dijelaskan seperti ini; Nilai/peran yang ada dalam diri seorang GP sesungguhnya adalah refleksi dari filosofi pemikiran KHD itu sendiri. Jadi terdapat kesinambungan materi pada Modul 1.1 dan Modul 1.2. Saya merasa lebih tertantang dan bersemangat saat berada dalam Ruang Kolaborasi tersebut.

Tertantang untuk bisa menjalankan kolaborasi dengan baik dan bersemangat mencari bahan presentasi terbaik untuk didiskusikan bersama teman-teman, dan pada akhirnya hasil diskusi tersebut dipresentasikan. Tak cukup sampai disitu, saya selalu merasa takjub sekaligus terinspirasi saat mendengar pengalaman dari teman-teman lain, sehingga praktik baik yang telah dilakukan saya niatkan untuk diATM (amati-tiru-modifikasi) dalam konteks lingkungan pembelajaran saya kelak.

People Also Search

Pemikiran Ki Hajar Dewantara Menegaskan Bahwa Pendidikan Sejati Adalah Yang

Pemikiran Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan sejati adalah yang memerdekakan dan menuntun potensi anak sesuai kodratnya. Filosofi ini menjadi dasar gerakan Guru Penggerak, pendidik yang berpihak pada murid, reflektif, kolaboratif, mandiri, dan inovatif. Visi Guru Penggerak mendorong lahirnya pemimpin pembelajaran yang menciptakan perubahan nyata di sekolah. Budaya positif menjadi wujud...

Menuntun Segala Kekuatan Kodrat Yang Ada Pada Anak (kodrat Alam

Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak (kodrat alam dan zaman) agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya Pendidikan haruslah berpihak pada murid, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan anak Setelah saya menjalani pembelajaran dari modul 1.1 dan modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya: 1. Momen yang paling penting dan menantang d...

Selain Itu Untuk Mewujudkan Filosofi KHD Saya Harus Menjadi Seorang

Selain itu untuk mewujudkan filosofi KHD saya harus menjadi seorang guru penggerak yang memiliki otak luhur manusia agar kita seorang guru penggerak yang bijaksana dalam mengambil segala tindakan. Hal itu terjadi karena dengan kita memiliki otak luhur manusia maka pembelajaran dengan filosofi KHD dan siswa yang memiliki profile Pancasila akan tercapai. 2. Perasaan saya saat mempelajari modul 1.1 d...

Saya Seakan-akan Menjadi Jamur Dan Ulat Untuk Anak-anak Saya Karena

Saya seakan-akan menjadi jamur dan ulat untuk anak-anak saya karena saya telah membunuh karakter yang seharusnya berkembang pada siswa saya Setelah mempelajari modul 1.1 hingga modul 1.2 ini, saya harus bertekad untuk memiliki otak... Dan saya harus menjadi petani yang merawat semaian bibit pertaniannya, yaitu dengan mengembangkan semua potensi yang ada pada siswa agar mereka dapat tumbuh berkemba...

Dan Dari Keyakinan Kelas Tersebut Akan Muncul Kepakatan-kesepakatan Dan Konsekuensi

Dan dari keyakinan kelas tersebut akan muncul kepakatan-kesepakatan dan konsekuensi yang akan dilakukan. Nah dari situlah siswa akan berfikir kembali untuk melakukan sesuatu yang negatif yang sudah disepakati, dan siswa cenderung akan melakukan konsekuensi yang sudah disepakati tanpa tertekan dan dengan kesadarannya sendiri. Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, ...